Pages

Jumat, 13 Januari 2012

[episode 5] Meletakkan Cinta


“Saya juga dari Kudus ukh..”

“Oh, begitu ya akh..” tiba-tiba ada pesona tersendiri dibalik perkataan mas Yusuf barusan. Aku merasa lebih dekat dengannya. Mungkin karena aku dan dia sama-sama berasal dari daerah yang sama, berasal dari Kudus. Perbincangan kita tentang daerah asal kamipun sempat melenakanku. Apa lagi aku melihat sorot mata mbak Lia yang sedari tadi memandang kami berdua dengan pandangan yang berbeda. Dan sepertinya sorotan mata mbak Lia memberikanku isyarat untuk segera menghentikan pembicaraan antara aku dan mas Yusuf. Karena aku tak kunjung mengakhiri perbincangan kami akhirnya mbak Lia mengalihkan pembicaraan kita.

“Dek, habis ini ada agenda atau tidak?” mbak Lia nampak sedang memikirkan sesuatu.

“Nggak ada mbak, ada apa?” tanyaku penasaran.

“Mbak ingin silaturrahim ke kos anti, nanti mbak main ke kos ya..” jawab mbak Lia sambil tersenyum manis menatapku, sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan mbak Lia kepadaku.

“Iya mbak, aku tunggu ya..” sambil mengangguk aku menjawab senyumnya yang manis itu.

“Insya Allah mbak nanti ke kos jam setengah lima, sekalian mau ketemu sama mbak Ica,” mbak Lia melanjutkan kalimatnya.

“Sip mbak, aku tunggu ya. Aku pamit dulu ya mbak, harus segera nyuci baju nih. Akh Yusuf, Farah pamit sekalian ya. Assalamu’alaikum,” sambil membawa tas ransel cokelatku, aku berjalan keluar dari sekretariat UKKI ini.

“Wa’alaikumussalam warohmatullah,” mbak Lia dan mas Yusuf menjawab hampir bersamaan.

==========================================================

Terdengar suara mesin motor memasuki pagar kos dan berhenti tepat di depan kos merah muda, Fathimah binti Muhammad. Aku baru teringat bahwa sore ini akan ada seseorang yang berkunjung ke kos ini, menemuiku.

“Assalamu’alaikum..” sapa mbak Lia sambil mengetuk pintu kos merah muda yang aku tempati.

“Wa’alaikumussalam, masuk mbak. Pintunya nggak dikunci, mbak.” Suara tersebut tidak asing bagiku, sehingga aku mempersilahkannya untuk memasuki kos.

Mbak Liapun membuka pintu kos dan masuk ke dalam menuju ruang tengah dimana aku berada. Sore ini kebetulan aku sedang sendirian, teman-teman kos yang lain sedang sibuk aktifitas mereka di kampus. Ada yang masih kuliah, sibuk mengurus organisasi mereka bahkan ada juga yang sedang mengajar di TPQ daerah tak jauh dari kos.

“Lagi sendirian, dek?” mbak Lia membuka pembicaraan antara kita.

“Iya mbak, mbak Ica juga sedang tidak ada di kos.” Jawabku sambil membawakan beberapa makanan ringan untuk mbak Lia.

“Lho, mbak Ica lagi kemana?” Tanya mbak Lia penasaran.

“Mbak Ica nggak bilang ke mbak Lia ya, kalau hari ini mbak Ica lagi ke luar kota?”

“Enggak tuh dek, apa mungkin mbak Ica lupa ya. Yaudah nggak papa, mbak ke sini ketemu sama dek Farah aja ya. Oh iya, ini ada sedikit untuk dek Farah sama temen-temen kos yang lain.” Mbak Lia menyerahkan sebuah kantong kresek hitam yang dari tadi berada di pangkuannya.

“Apa ini mbak? Kok ngerepotin segala.. Jazakillah ya mbak.”

“Iya, waiyyaki. Ini sedikit camilan buat kalian, mbak kan tau anak kos kalau dapet makanan pasti seneng. Soalnya mbak juga ngerasain.” Jawab mbak Lia sambil menggodaku.

“Hehe, tau aja mbak Lia nih,” jawabku sambil malu-malu kucing.

“Dek Farah minat masuk UKKI nggak?” mbak Lia mengawali pertanyaannya yang sepertinya mulai serius.

“Minat sih mbak, tapi Farah kayaknya pengen lebih fokus ke rohis jurusan sama rohis fakultas. Kalau dengan UKKI sementara ini paling hanya jadi simpatisan dulu.” Jawabku sambil memakan cemilan yang tersedia di hadapan kami berdua.

“Gitu ya dek, bagus juga alasannya..” mbak Lia mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Memangnya kenapa mbak?” tanyaku penasaran.

“Nggak papa kok dek, mbak cuma lagi bingung aja.”

“Bingung kenapa mbak?”

“Tentang perbincangan anti dengan akh Yusuf tadi siang di PKM.”

“Memang ada apa mbak, apakah tadi Farah berbuat salah?”

“Enggak ada yang salah dengan anti. Mbak hanya bingung dengan tingkah akh Yusuf tadi siang. Akh Yusuf itu menurut pengamatan mbak selama ini nggak pernah berani berbicara dengan akhwat hingga sedetail itu.”

“Detail?! Maksudnya detail gimana mbak??” aku semakin penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan mbak Lia.

“Maksudnya detail itu sampai menanyakan tentang diri anti seperti tadi.”

“Begitu ya mbak?”

“Padahal akh Yusuf akan dijadikan salah satu kandidat ketua UKKI kepengurusan berikutnya. Tapi mbak jadi nggak yakin dengan kepemimpinan akh Yusuf sejak perbincangan kalian tadi siang.”

“Afwan ya mbak, aku nggak bermaksud….” Belum selesai aku melanjutkan kalimatku, mbak Lia sudah buru-buru memenggalnya.

“Nggak dek, ini bukan salah anti. Apa mbak terlalu berlebihan ya mengamati tingkah laku akh Yusuf?” kali ini mbak Lia meminta pendapatku.

Aku kebingungan untuk menjawabnya. Takut pendapat yang akan kuberikan pada mbak Lia menyakiti perasaannya. Hidup segan mati tak mau, perasaanku membuncah dalam dada.

“Apa ya mbak, aku bingung gimana mau menanggapi masalah ini.”

“Bilang aja dek, atau justru memang ada yang nggak beres dengan mbak ya?” mbak Lia memaksaku dengan lembut, seakan-akan mbak Lia sudah mengetahui apa yang akan aku katakan padanya. Aku jadi merasa bersalah dengannya, padahal belum sepatah katapun kuutarakan pendapatku padanya. Aku jadi membisu dihadapannya, pikiranku jauh melayang membayangkan kejadian tadi siang.

“Afwan ya mbak, kalau pendapatku ini tidak sesuai dengan apa yang mbak Lia rasakan.” Aku meminta maaf terlebih dahulu kepada mbak Lia.

“Iya dek, nggak apa-apa. Mbak terbuka kok dengan pendapat terhadap mbak. Apalagi pendapat yang membangun dari anti. Tafadhol, dek.” Mbak Lia menatapku dalam-dalam. Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Mulut ini terkunci rapat-rapat, nampaknya tak ada satu katapun yang sanggup untuk kusampaikan kepada mbak Lia.

Hmm.. aku menghela nafas panjang. Berusaha menyeimbangkan denyut jantungku yang tiba-tiba berdetak lebih cepat.

...bersambung...

2 komentar:

  1. mau brp eps ? bagus bagus,, tapi ada sempet point of viewnya berubah, tadiny org ke 3 jadi org ke1 trus balik lagi ke org ke3.. hehehe.. tapi secara keseluruhan sudah memuaskan...

    BalasHapus
  2. enaknya mau berapa episode?? :)

    namanya juga baru belajar, masih amatiran hehe :D

    BalasHapus

Powered By Blogger