Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

andai perjuangan ini mudah,pasti ramai menyertainya.. andai perjuangan ini singkat,pasti ramai yang istiqamah.. andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia,pasti ramai tertarik padanya.. tapi hakikat perjuangan bukan begitu,turun naiknya,sakit pedihnya,umpama kemanisan yang tak terhingga.. andai rebah,bangkitlah semula.. andai terluka,ingatlah janjiNya.. yakinkan dalam diri, bersama kesulitan ada kemudahan.

Kalimasada

Bersama mereka aku meniti tangga dakwah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Rohis Kalimasada, Menapaki Asa Menuju Cita Mulia.

Linguabase

Aku menemukan cinta di sini. bahagia bersama pengusung dakwah di fakultasku tercinta, Fakultas Bahasa dan Seni. Menemukan saudara-saudara seperjuangan yang luar biasa.

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)

Semua rasa ada di KAMMI, aku mendapatkan semua pembelajaran dari KAMMI. Meski kredo KAMMI terlalu sempurna, tapi aku ingin berupaya untuk itu.. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini kemanapun perginya..

Yang Bersabuk Dua

Julukan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar. Aku ingin menjadi sosok seperti Asma' binti Abu Bakar, sosok muslimah tangguh yang cerdas dan berani.

Pages

Rabu, 20 November 2013

Hijabku Muliakanku


Sedikit bercerita tentang pengalaman berhijab ya.. menurut cerita orang tua, aku sudah dikenalkan dengan kerudung sejak usia 2 hari, tepatnya setelah aku boleh keluar dari rumah persalinan setelah 9 bulan 10 hari berada di rahim umiku tercinta. Ya, meski di usia 2 hari itu aku belum mengetahui sama sekali tentang aurat, tapi kata umiku untuk menanamkan akhlaqul karimah itu bisa dilaksanakan sejak dini. Dan sejak saat itu aku sudah dibiasakan untuk selalu mengenakan jilbab ketika keluar rumah ataupun bertemu dengan yang bukan muhrim.

Tapi sejujurnya, aku baru bisa berhijab secara sempurna (mengenakan rok, jilbab syar’i dan menggunakan kaos kaki) dan istiqomah (insya Allah) sejak SMA. Karena sejak saat itulah aku baru benar-benar MEMAHAMI dan MENYADARI tentang hijabku ini sebagai identitasku karena aku seorang muslimah.

Hijab yang baik dan benar bagi seorang muslimah itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi; kerudung menutup dada, longgar dan tidak ketat, tebal, tidak menyerupai kaum lain, tidak bermegah-megahan dan yang terpenting adalah karena Allah.

Nah, ada punya beberapa tips berdasarkan cerita yang kualami sendiri tentang berhijab yang baik, benar dan yang terpenting tidak mengundang pertanyaan dari orang lain terutama dari lawan jenis kita (ikhwan).

Yang pertama, apabila mengenakan pakaian sesuaikan dengan ukuran tubuh kita. Tidak kekecilan dan juga tidak terlalu besar sehingga nampak tidak proporsional. Karena suatu saat pernah aku mengenakan jaket yang ukurannya terlihat besar di mata orang lain (sebenarnya nggak terlalu besar juga sih kalau menurutku, karena aku sudah terbiasa dan nyaman dengan jaket itu). Tiba-tiba ketika aku sedang mengenakan jaket itu ada ikhwan yang menanyakan secara langsung, “Ukh, itu jaketnya ukuran apa? Kalau jaketnya diganti yang satu ukuran lebih kecil kayaknya lebih pas deh.” Karena agak kesal dengan pernyataan tersebut maka kujawab, “Mending kebesaran daripada kekecilan.

Minggu, 08 September 2013

Yang Berbolak-balik



Hati, tiada yang mengerti apa yang sebenarnya sedang dirasakan oleh hati apabila tak pernah diungkapkan. Hati dalam bahasa arab berarti qolb yang artinya “membolak-balik”. Ya, hati selalu berbolak-balik. Terkadang ia menjadi begitu kuat namun terkadang ia menjadi begitu rapuh. Manusia memiliki segumpal darah, apabila baik segumpang darah tersebut maka baiklah seluruh tubuhnya namun apabila buruk segumpal darah itu maka buruklah seluruhnya, itulah hati. Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘alaa diinik wa thoo’atik.

Terkadang kita bisa mengekspresikan seluruh keadaan hati dengan sepenuhnya namun terkadang begitu disembunyikan serapat-rapatnya. Terlebih seorang perempuan, yang lebih sering menggunakan perasaan daripada logikanya. Perempuan akan dengan mudahnya menyampaikan perasaannya kepada orang lain yang membuatnya nyaman, dan sebaliknya seorang perempuan akan menyembunyikan perasaannya dan dikunci serapat-rapatnya agar tak seorang pun dapat mengetahuinya walaupun kepada orang yang sudah terbiasa membuatnya nyaman. Perasaan apapun itu.

Selasa, 27 Agustus 2013

Alam, Yes!



“Siapa yang mau ikut ke pasar malam hari ini?” seluruh penghuni kos langsung ramai. Mereka langsung ribut membicarakan persiapan buat ke pasar malam. Sedangkan aku dan dua orang penghuni kos hanya stay cool dan tetap asyik menonton tv daripada mengiyakan ajakan teman-teman kos itu.

“Memangnya ke pasar malam ngapain? Paling juga Cuma lihat-lihat orang jualan aja, nggak ada yang bisa dinikmati juga. Mau naik mainan di sana juga sangat tidak memungkinkan. Dan yang paling bikin males adalah ramai dan terkesan sumpek.” Pikirku dalam hati.

Mungkin berbeda dengan kebanyakan perempuan yang hobinya jalan-jalan ke mall atau tempat perbelanjaan lainnya. Aku sangat tidak suka diajak pergi ke tempat seperti itu. 

Sabtu, 27 Juli 2013

Inikah Ramadanku?



Ramadan menyapaku dengan lembut
Kala aku terbuai dalam keriuhan fatamorgana
Ia memandangku penuh tanya
Tapi aku memalingkan muka darinya
Ia tak memincingkan matanya

Rindu memberikan yang terbaik
Tapi tak dapat mengalahkan nafsunya
Sebatas keinginan palsu yang menerkam relung
Rindu hanya sebatas mau, tanpa peluh
Muslihat kian sempurna, berkacak memangku Ramadan

Senin, 22 Juli 2013

Anak Kader dan Kader Militan?




Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual-beli
Ia tiada di tepian pantai

Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau berentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah
(Iman Mutiara, Raihan)

Mengawali artikel, saya sedikit memberikan alasan kenapa artikel  ini dibuat. Alasannya adalah sudah (terlalu) banyaknya pertanyaan yang muncul,
“Gimana sih rasanya jadi anak kader?”

Bagaimana rasanya??
Hmm, banyak sekali pertanyaan seperti ini yang sering sekali dilontarkan kepada kader yang memang baru mengenal tarbiyah ini (entah di kampus atau pun di masa sekolahnya) kepada seorang kader yang notabenenya memang dilahirkan dari keluarga yang sudah terkondisikan, ya istilahnya anak kader. 

Jumat, 19 Juli 2013

Apa yang membuatku ingin menulis?


Aku ingin menulis karena aku ingin menuangkan setiap gagasanku ke dalam sebuah tulisan. Ya, tulisan. Tulisan yang akan menjadi saksi ketika aku ingin menuangkan sesuatu.

Aku ingin menulis apa pun yang kumau, aku tak ingin dikekang oleh siapa pun. Karena dengan menulis, aku dapat menumpahkan seluruh pikiranku. Ke dalam sebuah tulisan, ketika aku tak mampu mengungkapkannya kepada seorang pun.

Aku ingin menulis karena aku dengan menulis aku bisa menjadi apapun. Ya, apapun yang aku mau. Katanya seorang penulis itu bebas, bebas mengungkapkan isi hatinya. Meski ia sendiri tak tahu mengapa tulisan itu harus dibuatnya.

Aku ingin menulis dengan sepenuh jiwaku. Sepenuh pikiranku dan sepenuh perasaanku. Dengan menulis, aku mnejadi lebih bisa legowo. Ketika aku merasa ada sesuatu yang tengah menahan egoku.

Aku ingin menulis, hanya ingin menulis. Menulis dan menulis, aku mau menulis.  

Kamis, 09 Mei 2013

Hentikan!

Bukannya aku tak sayang padamu
Bukannya aku tak cinta padamu

Tapi..
Hapuslah air mata itu
Rendahkan suaramu
Jangan kau cambuk peluhku

Cintaku masih sama seperti yang dulu
Hormatku semakin meningkat, sayangku

 Hentikan sedu sedan itu
Tatap batinku
Rasakan gelombang syahdu

Aku masih mencintaimu
Aku sangat mencintaimu
Aku kan selalu mencintaimu

Luka yang kau bawa berlari
Sayatan yang kau iris sendiri
Tak pernah aku lupakan, kasih

Hanya, akan kubuang
kuhempaskan
kulemparkan
Kemana hendak aku inginkan

Hentikan!
Hentikan!
Hentikaaaannnn!!!
Hentikan cibiranmu fitnahmu yang terus menyakitiku..

Aku hanya ingin mencintai sahajamu
Bukan sombongmu
Aku hanya ingin mencintai jujurmu
Bukan bohongmu

Hapus airmatamu yang masih saja membawa luka batinku
Hapus sedu sedanmu yang mengalir membawa perihku
Aku mencintaimu, seperti kau yang dahulu

19 April 2012
19.09

Rasa Kehidupan



“Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS.
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR.
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seseorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata.

Seseorang yang taat pada Allah, bukan berarti tidak ada kekurangan.

Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit.

Biarlah Allah yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.

Selasa, 26 Februari 2013

Mengapa Aku (belum berani) Mencintai KAMMI



Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang biasa disingkat menjadi KAMMI merupakan gerakan ekstra kampus. Gerakan mahasiswa yang menurutku memiliki ideologi yang kuat dan tidak terikat oleh pihak manapun. Aku memandang KAMMI merupakan gerakan mahasiswa berbasis Islam yang cukup besar dengan segala pemikiran-pemikirannya, meskipun aku belum mengetahui KAMMI secara mendalam. Secara tidak langsung aku mengamati hal ini melalui beberapa orang di dekatku yang memang mereka berkecimpung dalam sepak terjang KAMMI. Dan dari situ aku membuat sebuah simpulan, KAMMI dan mereka LUAR BIASA!
Aku memang tidak terlalu paham dunia perpolitikan di kampus, tapi setidaknya sedikit banyak aku cukup bisa menilai dunia perpolitikan kampus yang tentunya itu dari sudut pandangku sendiri. Salah satunya adalah KAMMI, dari sinilah awalnya aku mulai mengamati. Pengurus KAMMI begitu luar biasa, mereka rela berkorban apa saja demi KAMMI. Bahkan di tengah pergolakan politik kampus yang seakan-akan menyudutkan KAMMI, tiada satu pun pengurus KAMMI yang gentar. Kesolidan, kerja keras, cerdas, semangat, keramahan, keikhlasan, berideologi kuat, berkarakter, profesional dan masih banyak rentetan sifat-sifat positif yang dimiliki oleh KAMMI membuatku semakin kagum dengan KAMMI
Kini aku telah mengenal KAMMI selama lebih kurang satu tahun (terhitung sejak awal aku mengikuti DM 1), dan hampir satu tahun itu pula aku terlibat dalam beberapa kepanitiaan di KAMMI meskipun aku tidak tercatat dalam kepengurusannya. Mereka tetap ramah, tak membedakan mana pengurus dan mana yang bukan pengurus. Meskipun dalam beberapa kali kesempatan aku sendiri yang menganggap diriku bukan orang KAMMI dan aku sendiri yang memberi batas antara pengurus dan bukan pengurus. Tapi justru yang aku rasakan, mereka menganggap kita semua adalah keluarga.
Aku adalah tipe orang yang mudah sekali merasa tidak enak, sehingga apabila diberi amanah aku selalu berusaha untuk bisa menjalankannya meski kurang maksimal. Hingga pada saat DM 1, aku dipercaya untuk menjadi panitia dan diletakkan di sie acara. Sie yang menurutku memiliki peran penting dalam sebuah kepanitiaan (pada dasarnya semua sie sama pentingnya). Berusaha hadir syuro dan kalaupun tidak bisa hadir, meminta info mengenai DM yang akan dilaksanakan. Hingga dua orang sahabatku sering melemparkan sebuah candaan, “ciee… sekarang udah mulai mencintai KAMMI nih..” tapi aku selalu menyangkalnya, dengan alasan aku masih takut mencintai KAMMI.

Powered By Blogger