Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

andai perjuangan ini mudah,pasti ramai menyertainya.. andai perjuangan ini singkat,pasti ramai yang istiqamah.. andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia,pasti ramai tertarik padanya.. tapi hakikat perjuangan bukan begitu,turun naiknya,sakit pedihnya,umpama kemanisan yang tak terhingga.. andai rebah,bangkitlah semula.. andai terluka,ingatlah janjiNya.. yakinkan dalam diri, bersama kesulitan ada kemudahan.

Kalimasada

Bersama mereka aku meniti tangga dakwah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Rohis Kalimasada, Menapaki Asa Menuju Cita Mulia.

Linguabase

Aku menemukan cinta di sini. bahagia bersama pengusung dakwah di fakultasku tercinta, Fakultas Bahasa dan Seni. Menemukan saudara-saudara seperjuangan yang luar biasa.

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)

Semua rasa ada di KAMMI, aku mendapatkan semua pembelajaran dari KAMMI. Meski kredo KAMMI terlalu sempurna, tapi aku ingin berupaya untuk itu.. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini kemanapun perginya..

Yang Bersabuk Dua

Julukan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar. Aku ingin menjadi sosok seperti Asma' binti Abu Bakar, sosok muslimah tangguh yang cerdas dan berani.

Pages

Kamis, 21 Agustus 2014

Diam-diam Aku Bersama KAMMI


Cerita di bawah ini hanyalah non-fiksi. Kesamaan tokoh dan tempat memang di sengaja.
Afwan ye….

Buku Mengapa Aku Mencintai KAMMI merupakan kumpulan dari cerita-cerita inspiratif seputar KAMMI yang ditulis oleh tiga orang kader KAMMI, Imron Rosyadi, Evie Fitria, dan Aji Kurnia Dermawan. Baik yang mereka alami sendiri maupun cerita yang dialami oleh kader lain. Salah satu cerita yang cukup unik dan menarik bagi saya dalam kumpulan cerita ini adalah “No Ikhwan No Cry”.

Menceritakan tentang akhwat-akhwat KAMMI Madiun yang “ditinggal” oleh para ikhwan-ikhwan. Para ikhwan itu ada yang pulang kampung, ada pula yang harus melanjutkan studi. Jadi terpaksalah para akhwat-akhwat itu yang mengurusi KAMMI. Bahkan ada diantara mereka yang tidak pernah sekalipun berkecimpung di KAMMI, ketika pulang ke Madiun ialah yang mengurusi semua agenda KAMMI Madiun. Mereka tidak pernah mengeluh. Apalagi ketika diusulkan KAMMI Madiun untuk dibubarkan, dengan lantang mereka berkata “Tidak”.

Tentunya masih banyak cerita yang mampu untuk menyengat semangat bagi para kader KAMMI dalam buku ini, tapi tidak semuanya akan ditulis di sini.

Kembali lagi ke judul yang sangat menarik bagi saya di atas, “No Ikhwan No Cry”. Saat ini saya bermanah di sebuah LDF di salah satu fakultas di Unnes. Posisi saya saat ini adalah sebagai ketua departemen, Departemen Kaderisasi. Sebuah posisi yang tidak ringan tentunya. Sebuah posisi yang sangat strategis dalam sebuah lembaga. Ialah orang yang paling bertanggung jawab akan keberlangsungan sebuah lembaga. Posisi sekretaris departemenpun ditempati oleh seorang yang luar biasa, saudari saya Ukh Asma’ Hanifah. Beliau adalah akhwat KAMMI, iya akhwat KAMMI. Posisinya di KAMMIpun tidak main-main, sekretaris departemen Kastrat KAMMI komisariat Unnes. Dua posisi yang sangat berat, harus beliau emban secara bersamaan. Bahkan di tahun sebelumnya tiga posisi PH+ di tiga lembaga berbeda mampu beliau emban dengan baik.

Di awal amanah beliau berpesan kepada saya bahwa beliau akan lebih sering “menghilang” untuk mengurusi KAMMI. Tidak apa, karena saya pikir amanah di KAMMI lebih berat dibanding di LDF, dan sayapun sangat mengetahui passion beliau lebih ke KAMMI. Di tengah kepengurusan terjadi konflik di kubu akhwat di LDF saya. Yang mana saya tidak bisa mengurusinya secara intensif karena posisi saya sebagai ikhwan. Kepercayaan saya akan kapasitas Ukh Asma’lah yang membuat saya meminta beliau untuk mengurusi konflik itu. saya juga meminta beliau untuk lebih dekat dengan akhwat-akhwat di LDF, karena akhwat LDF sangat berbeda dengan akhwat KAMMI. Jika akhwat KAMMI sudah sekuat baja, maka akhwat LDF masih bagaikan kaca yang harus penuh kelembutan untuk membersihkannya ketika berdebu. “Antum keren Ukh, tapi ya masih keren saya lah... Ups....”.

Tentu bukan hanya Ukh Asma’, setidaknya di fakultas saya masih ada empat saudara saya yang sangat luar biasa. Iya, mereka adalah aktivis KAMMI, Akh Ghulam Arif Rizal, Akh Hamid Zulkifli, Ukh Arum Setianingsih, dan Ukh Ira Damayanti. Keempatnya merupakan aktivis KAMMI yang sangat loyal.

Akh Arif adalah orang pertama yang memahamkan saya seperti apa perjuangan di KAMMI itu, seperti apa aktivitas di KAMMI itu, dan seperti apa kader KAMMI itu. saat ini beliau menjabat sebagai ketua departemen humas KAMMI komisariat Unnes. Awalnya saya tidak paham apa itu KAMMI, dan untuk apa KAMMI. Beliau lebih dulu mengikuti DM 1 dari pada saya. Karena waktu semester dua saya diajak ikut DM 1 tidak mau. Masih saya ingat betul malam itu, Akh Arif bercerita tentang kader KAMMI. Beliau mengatakan kader KAMMI itu, rajin baca buku dan kalau salat lima waktu tidak berjama’ah di masjid bukan kader KAMMI namanya. Dalam pikiran saya “‘Monster’ seperti apakah kader KAMMI itu?” Cerita dari Akh Arif inilah yang membuat saya selalu mencontoh beliau. Beliau adalah lawan bagi saya. Lawan yang harus dikalahkan karena kehebatannya sebagai kader KAMMI. “Antum jos Akh!”

Saudara saya yang kedua yang juga aktivis KAMMI adalah Akh Hamid Zulkifli. Beliau asli dari Pacitan Jawa Timur. Posisi sebagai ketua departemen Ekonomi Kreatif beliau emban tahun ini. Bagi saya Akh Hamid adalah orang yang selalu ceria. Meskipun terkadang saya jengkel terhadap beliau. Tapi bagi saya beliau adalah aktivis KAMMI yang luar biasa. Kepada beliaulah saya sering cemburu karena aktivitasnya di KAMMI. Sama dengan Akh Arif, dari Akh Hamidlah sering saya bertanya-tanya tentang KAMMI. Keberterimaan beliau terhadap KAMMI lebih dahulu dibandingkan dengan saya. Beliau satu angkatan DM1 dengan Akh Arif. “Selalu istiqomah ya Akh Bro!”

Saudari saya yang satu ini orang yang cukup menyebalkan bagi saya. Suatu ketika beliau pernah bilang bahwa saya itu “qowiy” di hadapan teman-teman aktivis satu angkatan yang lain. Entah bagaimana, hingga detik ini saya mendapatkan cap sebagai “ikhwan terqowiy se-FBS (fakultas saya)”. Setiap kali bertemu dengan ikhwah lain, cap itu yang selalu saya dapat. Tapi terlepas dari itu beliau adalah kader KAMMI luar biasa. Saat ini beliau beramanah di DPM KM Unnes sebagai sekjen (kalau nggak salah). Salah satu kecakapan beliau adalah dalam hal menganalisis, analisisnya begitu tajam. Terutama dalam hal perpolitikan kampus. Tidak diragukan lagi, Ukh Arum Setianingsih mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Jepanglah orangnya. “Ajari analisisnya dong Ukh!”

Yang terakhir ini juga tidak kalah hebatnya. Beliau adalah Ukh Ira Damayanti, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini beliau bermanah sebagai sekretaris kementrian PSDM BEM KM Unnes (“Iya nggak sih?”). Saudari saya yang satu ini juga jebolan DM1 KAMMI. Soal jumlah buku yang pernah dibaca tidak diragukan lagi. Sempat akan beramanah di LDF, beliau justru diamanahi di BEM, lebih berat tentunya. Tapi tidak jadi soal bagi kader KAMMI. Saat resume ini saya tulis, beliau dikabarkan mengalami kecelakaan. Semoga Allah lekas menyembuhkan beliau. “Syafakillah Ukhti.”


Itulah kelima “Power Ranggers” KAMMI dari Fakultas Bahasa dan Seni. Jika selama ini banyak orang yang menganggap saya itu luar biasa, bagi saya merekalah pemantik bagi saya untuk senantiasa menjadi luar biasa. Dari merekalah saya belajar, dari merekalah saya mengerti. Mungkin jika tidak karena mereka, saya tidak akan pernah ikut DM1, saya tidak akan paham apa itu KAMMI, dan masih banyak lagi. Jujur saja saya iri dan cemburu terhadap mereka berlima yang aktif di KAMMI. “Syukron Jazakumullah Akhi Ukhti....”.

oleh: Agung Wahyu Saputro

catatan:
Tulisan ini dibuat sendiri oleh akh Agung, saudara saya di FBS. Padahal sebenarnya saya memintanya untuk membuat resume buku yang berjudul "Mengapa Aku Mencintai KAMMI" untuk kebutuhan suatu hal. Tapi ternyata jadinya bukan resume malah menceritakan saudara-saudaranya di fakultas kami (FBS) yang menjadi aktivis KAMMI di kampus Unnes. Tak apalah, mungkin itu salah satu bukti cintanya pada KAMMI walaupun dia bukan merupakan aktivis KAMMI. Semoga senantiasa istiqomah di jalan dakwah, baik itu lewat KAMMI ataupun lewat lembaga dakwah yang lainnya, aaamiin.. 
Ternyata, banyak yang mencintai KAMMI dalam diamnya ^_^

Powered By Blogger