Pages

Rabu, 08 Februari 2012

[episode 9] Meletakkan Cinta


Aku semakin merasakan sesuatu yang aneh pada diri akh Yusuf, dia semakin berbeda dengan akh Yusuf yang aku lihat sebelum-sebelumnya. Menurut pendapat kebanyakan orang akh Yusuf begitu menjaga hijabnya, terutama dengan para akhwat. Tapi nampaknya, pribadi seperti itu tidak kulihat pada diri akh Yusuf. akh Yusuf masih berinteraksi dengan lawan jenis layaknya mahasiswa yang lain layaknya mahasiswa pada umumnya, mungkin karena akh Yusuf seorang ketua BEM yang tak ingin dinilai buruk oleh mahasiswa lain. aku melihat dua sisi yang sangat jauh berbeda pada diri akh Yusuf, yang menjadikanku justru semakin penasaran padanya. Sungguh aneh memang. Namun lebih tepatnya aku bukan penasaran pada dirinya tapi penasaran terhadap tingkah laku akh Yusuf.

Sudah hampir dua minggu ini, sms akh Yusuf selalu menghampiri hp merah marunku. Tak pernah sekalipun aku membalas sms-sms taujih tersebut. Hingga akhirnya kuberanikan diri untuk membalas sms tersebut, tujuannya hanya ingin memastikan apa yang sebenarnya berada di benak akh Yusuf.

Syukron ^_^” sebenarnya tak terlalu berharap sms ini dibalas oleh orang sesibuk Aah Yusuf, apalagi hanya ucapan terimakasih yang aku kirimkan padanya. Belum ada dua menit, hpku tiba-tiba bergetar. Satu pesan singkat aku terima, sms balasan dari akh Yusuf sepertinya. Tak salah dugaanku, sms ucapan terimakasihku dibalas olehnya. Tiba-tiba jantungku berdegub lebih kencang, iramanya sama sekali tak bisa ku kontrol. Hanya untuk sekedar membukanya pun butuh cukup perjuangan, memang sedikit berlebihan. Tapi memang keanehan ini sedang kurasakan. Kutarik nafas sedalam-dalamnya sembari mengatur irama degub jantung yang semakin tidak menentu. Kutekan tombol untuk membuka sms itu secara perlahan tapi pasti.

Waiyyaki, Ukh. Kaifa khaluki?” isi pesan singkat itu justru membuat irama jantungku semakin tak karuan. Nampaknya keragu-raguanku terhadap keikhwanan akh Yusuf benar, akh Yusuf tidak seperti sosok ikhwan yang kulihat awal-awal aku berjumpa dengannya. Ingin rasanya untuk tidak membalas sms dari akh Yusuf tersebut, namun aku teringat dengan kalimat yang dilontarkan oleh sahabatku Rina, “Nggak baik kalau ditanya sama orang nggak dijawab” hatiku dirundung dilema tingkat tinggi. Pikiran dan hatiku tak bisa berkompromi dengan baik.

Sambil mengucap kalimat istighfar berkali-kali kutekan tombol-tombol hpku membalas sms dari akh Yusuf tersebut, “Alhamdulillah..” hanya seuntai kata yang kukirimkan padanya. Aku tak ingin akh Yusuf menghujaniku dengan sms-sms darinya yang membuatku semakin tak karuan. Aku merasa heran dan semakin heran dengan diriku sendiri. Apa yang sebenernya terjadi dengan diriku. Belum selesai aku merenungi apa yang sedang terjadi dalam diriku, hpku bergetar cukup mengagetkanku yang masih melamun. “Alhamdulillah kalau gitu ukh, keep hamasah ukhti! Umat membutuhkan anti. Kalau boleh tahu, anti mau ikut kegiatan kampus apa?”

Ah, sepertinya akh Yusuf tak mengerti balasan sms yang aku maksud barusan. Tapi ada baiknya Akh Yusuf menanyaiku tentang kegiatan kampus, aku bisa menanyakan tentang sepak terjangnya di kegiatan kampus. Terlebih tentang bagaimana dia menjaga hijab dengan lawan jenisnya. Aku memutar otak, bagaimana cara menanyakan padanya agar tidak terlalu ketahuan, juga tidak menjadi senjata makan tuan.

Insya Allah ikut rohis, Akh. Juga kepingin ikut forum ilmiah mahasiswa fakultas.” Jawabku sekenanya. Kali ini aku bisa mengatur degub jantungku, iramanya kembali normal seperti sediakala.

Pantes ukh, kalau di rohis apalagi di FBS memang membutuhkan orang-orang sesemangat anti. Kenapa milih di karya ilmiah, kan bukan anak sains terapan?” balas akh Yusuf selang tak berapa lama.

Semoga istiqomah. Memangnya anak FBS nggak bisa bikin karya ilmiah?” jawabku sambil menggerutu dalam hati.

Iya ukh, semoga senantiasa istiqomah. Afwan ukh, bukan begitu maksudnya. Jarang aja gitu anak FBS bikin karya ilmiah. Kalau anti yang bikin, pasti bagus. Nggak kepingin ikut BEM fakultas atau BEM KM, Ukh?”

“Karena jarang, justru kesempatannya semakin besar. Apalagi kemarin UNNES kan habis jadi juara umum 3 PIMNAS. Jadi semakin penasaran dengan karya-karya ilmiah mahasiswa UNNES terutama mahasiswa FBSnya. Untuk ikut BEM fakultas nggak mungkin akh, tahu sendirilah apa alasannya. Untuk BEM KM sebenernya kepingin, tapi tidak dulu untuk saat ini.”

“Barakallah ya ukh, semoga diberi kemudahan oleh Allah. Aaamiin... Iya, saya tau bagaimana keadaan mahasiswa FBS itu. Saya juga salut dengan kader dakwah yang ada di FBS. Belum tentu saya bisa sehebat mereka jika saya menjadi mahasiswa FBS. Untuk tahun perdana memang lebih baik fokus di yang lebih dekat dulu, di jurusan dulu terutama. Bagaimana mereka simpati dulu terhadap kita. Jangan-jangan kita sudah aktif di tingkat universitas, tapi nggak paham dengan lika-liku kegiatan jurusan. Kan malah jadi aneh nanti..”

Seharian ini aku saling berbalas sms dengan akh Yusuf. Yang kita perbincangkan hanya sebatas masalah umum, kegiatan kampus dan lika-liku kehidupan kampus. Tapi rasanya, sangat sulit menggiring akh Yusuf untuk membahas masalah hijabnya dengan lawan jenis. Tak ingin kehilangan momen emas, kuputuskan untuk langsung menanyainya dengan menghiraukan sms dari akh Yusuf sebelumnya.

Afwan akh, boleh saya bertanya sesuatu?” ragu-ragu menyelimuti pikiranku.

Tafadhol ukh, ingin bertanya apa. Silahkan..” akh Yusuf mempersilahkanku untuk bertanya padanya.

Afwan jiddan sebelumnya, Akh. Kalau memang antum tidak berkenan menjawab tidak apa-apa.” Keragu-raguan ini tak hanya menyelimuti pikiranku, namun perasaan dan jiwaku ikut merasakan kegalauan yang sedang aku rasakan.

Insya Allah saya bersedia menjawab pertanyaan yang anti ajukan. Selama tidak ada pihak yang merasa dikurangi haknya ^_^” emoticon senyum dicantumkan akh Yusuf di sms bagian akhir. Sepertinya ia begitu ikhlas dengan pertanyaan yang akan aku ajukan.

Bagaimana antum menjaga hijab dengan lawan jenis, Akh?” Bismillah, kutekan tombol kirim pesan padanya. Badanku tiba-tiba menjadi panas dingin sendiri. Perasaan bersalah sudah memenuhi setiap sudut relung jiwaku. Harap-harap cemas dengan sms balasan dari akh Yusuf.

Pertanyaan cerdas ukh, eh yang cerdas orangnya atau pertanyaannya ya. Afwan, malah ngelantur. Gimana ya ukh, nggak semua orang memiliki pemikiran yang sama. Kalau menurut anti bagaimana seharusnya kita menjaga hijab dengan lawan jenis?”

Duarrr..!!! seperti tersambar petir, rasanya benar-benar senjata makan tuan nih. Aku berpikir sejenak, kembali memutar strategi untuk menanyakan hal ini pada akh Yusuf.

Kan saya yang tanya duluan akh, jadinya antum yang jawab dulu, tafadhol.” Aku menyerahkan jawabannya terlebih dahulu pada akh Yusuf.

Kalau boleh tahu, kenapa anti tiba-tiba bertanya seperti itu, Ukh?” akh Yusuf membalas sms itu.

...bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger