Pages

Jumat, 31 Januari 2014

Bolehkan Aku Bersikap??


Katanya amanah itu tak boleh diminta, tapi bolehkah aku memilih??
Katanya amanah itu dibebankan untuk pundak yang tepat, tapi bolehkah aku berharap??

Entahlah, akhir-akhir ini begitu galau dengan amanah yang baru saja diberikan untuk pundak yang lemah ini. Amanah-amanah yang bagiku sangat berat dan aku hanya berharap Allah memberikan kekuatan bagi pundakku agar mampu menopangnya. Dalam satu minggu aku diminta untuk menjadi bagian dalam struktural (inti) dua buah organisasi yang membuatku jatuh cinta terhadap keduanya. Organisasi yang membuatku tak mampu memilih salah satu di antara keduanya. Dengan posisi yang sama, menjadi sekretaris departemen.

Untuk amanah yang datang pertama aku sudah menebaknya dan tebakanku benar, bahkan untuk ketua departemennya pun aku sudah bisa menebaknya. Karena memang kami pernah berada dalam amanah yang sama. Meski agak sedikit ragu, tapi aku berusaha untuk memantapkan hatiku bahwa aku bisa dan aku mampu. Karena partner amanahku tidak diragukan lagi kapasitasnya di departemen yang akan kami gawangi. Dan insya Allah tidak ada masalah yang akan membersamai amanah kami di organisasi ini.

Selanjutnya untuk amanah kedua, yang sampai detik ini aku masih sangat ragu. Keraguan itu sudah hadir semenjak aku ‘dipinang’ untuk berada dalam amanah ini. Amanah yang berat, bahkan sangat berat. Aku sangat ragu, karena aku (bisa dianggap) sama sekali tidak memahami departemen ini. Apalagi mengingat posisiku yang dijadikan sebagai sekretaris departemen, yang –kata mereka- dianggap mampu untuk berada dalam posisi ini. Kegalauanku pun memuncak, ketika sosialisasi PH+ ternyata departemenku belum mendapatkan ketua, bayangkan saja di saat aku tengah galau dengan posisiku sebagai sekretaris departemen yang tak paham seluk belum departemen ini aku belum memiliki seorang ketua.  

Seusai sosialisasi, aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepada orang yang memang sudah paham dengan departemen tersebut. Setelah aku menyampaikan kegalauanku tentang ketidakpahamanku terhadap kerja departemen tersebut, aku dipersilakan untuk bisa berdiskusi dengannya dan aku pun mengiyakan. Akhirnya aku berdiskusi dengan dua orang yang memang mereka sudah sangat paham sekali dengan departemen tersebut, pikiranku pun terbuka dan aku mulai memahami departemen tersebut. Di akhir diskusi aku menanyakan mengenai kepastian siapa yang akan menjadi ketua departemenku, aku sangat teringat jawaban yang dilontarkan dengan candaan oleh mereka berdua, “Lha Asma’ maunya siapa?” aku menjawab, “terserah mau siapa saja, asal jangan si X”. “Lho, lha kenapa? Atau kalau nggak nemu kadep, Asma’ yang jadi kadepnya ya..” aku pun menjawab dengan mantap, “nggak mau, terlalu berat berada dalam posisi itu.” Meski jawaban mereka nampak tidak serius, tapi aku menganggapnya serius, karena ini amanah yang menurutku sangat berat. “ditunggu 6 hari lagi,” jawab mereka serius tapi masih dengan suasana bercanda. Aku terdiam...

Setelah 6 hari aku menunggu kepastian, aku menanyakan mengenai kepastian ketua departemenku melalui pesan singkat. Ternyata masih belum dapat juga, aku menghela napas panjang sambil kembali aku memberikan pernyataan, “asal jangan si X” karena sepertinya kemungkinan si X untuk menjadi ketua departemen itu sangat besar. Kembali lagi aku ditanya apa alasannya, aku menjawab sejujurnya dan alasan yang kuberikan adalah alasan syar’i yang sama sekali tidak mengada-ada. Alasan karena pemikiranku dan pemikiran si X tidak sejalan, bahkan pemikiran si X itu terlalu frontal bahkan sampai (mungkin) sampai bisa menjadi boomerang bagi organisasi ini. Alasanku itu pun diterima, tapi ini sudah menjadi keputusan syuro dan insya Allah dengan si X itu dilibatkan lebih dalam organisasi ini dia akan membaik keadaannya, jawab pesan singkat yang kukirimkan tadi. Artinya, kemungkinan besar memang si X itu yang akan menjadi ketua departemenku walaupun itu bukan keputusan akhir. Dan.... rasanya ingin sekali menangis.

Aku mencintai organisasi ini sehingga aku menginginkan yang terbaik (menurutku) untuk organisasi, aku tidak rela kalau organisasi ini berada di tangan yang tidak tepat. Tapi aku (masih) berharap bahwa bukan dia yang menjadi ketua departemen ini. Apakah karena aku merasa tidak siap, atau memang karena nyaliku yang kerdil,, entahlah..

Ya Rabb,,, bolehkah aku meminta... berikan yang terbaik untuk kami...
Aku jadi teringat sebuah potongan ayat yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 216, “boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Terkadang kita menganggap yang kita lakukan itu baik jika menguntungkan, terkadang juga menganggap tidak baik jika merugikan. Tapi ingat Allah Maha Tahu atas segala hal….

Astaghfirullah,, wallahu a’lam bishawab. 

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger