Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

andai perjuangan ini mudah,pasti ramai menyertainya.. andai perjuangan ini singkat,pasti ramai yang istiqamah.. andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia,pasti ramai tertarik padanya.. tapi hakikat perjuangan bukan begitu,turun naiknya,sakit pedihnya,umpama kemanisan yang tak terhingga.. andai rebah,bangkitlah semula.. andai terluka,ingatlah janjiNya.. yakinkan dalam diri, bersama kesulitan ada kemudahan.

Kalimasada

Bersama mereka aku meniti tangga dakwah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Rohis Kalimasada, Menapaki Asa Menuju Cita Mulia.

Linguabase

Aku menemukan cinta di sini. bahagia bersama pengusung dakwah di fakultasku tercinta, Fakultas Bahasa dan Seni. Menemukan saudara-saudara seperjuangan yang luar biasa.

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)

Semua rasa ada di KAMMI, aku mendapatkan semua pembelajaran dari KAMMI. Meski kredo KAMMI terlalu sempurna, tapi aku ingin berupaya untuk itu.. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini kemanapun perginya..

Yang Bersabuk Dua

Julukan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar. Aku ingin menjadi sosok seperti Asma' binti Abu Bakar, sosok muslimah tangguh yang cerdas dan berani.

Pages

Sabtu, 26 Juli 2014

Aku Rindu Dakwah Sekolah...

Kemarin malam ketika hendak mengambil sebuah jahitan di tukang jahit dekat rumah, tiba-tiba aku bertemu dengan seorang kakak kelasku di SMA yang juga pernah menjabat sebagai ketua rohis di SMAku, SMA Negeri 2 Semarang. Obrolan singkat pun terjadi walaupun hanya beberapa kalimat. Namun ada sebuah pertanyaan yang dilontarkannya padaku cukup menohokku dan membuatku benar-benar terngiang di benakku sampai detik ini, “kok nggak pernah kelihatan di kegiatan syiar lagi?” dan aku tak bisa menjawab pertanyaan itu sejujurnya. Aku tak ingin memberikan alasan karena kesibukanku di kampus sehingga aku jarang atau bahkan kini tidak pernah lagi aktif dalam kegiatan syiar smanda.

Syiar Smanda merupakan kependekan dari Silaturahmi Ikatan Alumni Rohis SMA Negeri 2 Semarang. Organisasi ini merupakan organisasi yang beranggotakan seluruh alumni rohis SMAku, sedangkan untuk kepengurusannya dikelola oleh alumni rohis yang masih berdomisili dan kuliah atau kerja di Semarang dan tentunya bersedia menjadi pengurus. Selain sebagai wadah silaturahmi alumni rohis SMA 2 Semarang, Syiar hadir sebagai jembatan antara pengurus rohis SMA 2 Semarang dengan dunia luar (masyarakat) dan juga sebagai pengelola Aktivis Dakwah Sekolah (ADS) di SMAku ini, sehingga aktivis Syiar juga biasa disebut sebagai Aktivis Dakwah Sekolah meskipun sudah purna sebagai seorang siswa SMA.

Ah, tiba-tiba aku begitu rindu berkecimpung lagi di dakwah sekolah. Aku rindu dengan teman-temanku di rohis SMA, aku rindu menjalin komunikasi dengan guru-guru SMAku berkaitan dengan lembaga keislaman ini. Ah, banyak sekali rupanya yang kurindukan. Dua tahun menjadi pengurus Syiar nampaknya tak berpengaruh apa-apa bagiku, aku sama sekali tidak banyak berkontribusi di Syiar ini. Mungkin bisa dikatakan aku adalah pengurus yang non-aktif, bahkan isu yang beredar aku dinyatakan keluar dari kepengurusan Syiar (apa karena aku nggak pernah muncul sama sekali ya, hehe). Apakah aku terlalu egois memikirkan amanahku di kampus, sehingga amanahku di Syiar sering terlupakan. Padahal aku masih berdomisili dan kuliah di Semarang. Tapi kapan kuluangkan waktuku untuk Syiar? Bahkan menjadi PJ SMS ukhuwah saja jarang kulaksanakan. Sampai-sampai kadep departemenku di Syiar harus sering-sering mengingatkan, mungkin juga beliau kesal denganku (afwan ya, mas :D).

Memoriku akan dakwah sekolah tiba-tiba memenuhi pikiranku. Kegiatan Isra’ Mi’raj, Doa Bersama, Idul Adha, Mocha (Moslem Choice Award), Pengumpulan zakat, Buka Bersama, Tarawih Berjamaah, AMT (Achievement Motivation Training), Tralis (Training of Leadership for Islamic Student), Karisma (Kajian Rohis Smanda), Musyum (Musyawarah Umum), Re-organisasi, Raker, Kajian Kemuslimahan, Bakti Masjid, Bakti Sosial, lomba-lomba, bikin mading, bikin majalah, bikin buletin, ngaji bareng, belajar bareng dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang pernah aku lakukan bersama teman-temanku di rohis ini a.k.a Roker Smanda (Rohis Keren SMA Negeri 2 Semarang), mengukir ukhuwah bersama mereka. Banyak sekali kenangan indah bersama rohis smanda ini...

Dakwah sekolah dan dakwah kampus memang sangat berbeda, karena di dakwah sekolah masih majemuk. Sehingga perbedaan-perbedaan tidak terlalu tampak seperti di kampus. Hal inilah yang membuatku benar-benar rindu kembali pada dakwah sekolah. Bersama mereka ingin berusaha untuk kembali pada dakwah sekolah, ingin kembali menyempatkan diri fokus pada dakwah sekolah.

Dakwah sekolah, aku merindukanmu...
Masih bolehkah aku kembali padamu?
Dalam dekapan ukhuwah, bersama kalian... sahabat-sahabatku...

Sabtu, 12 Juli 2014

Surat Cinta Mutarabbiku


Semarang, 11 Juli 2014
Tepat setelah waktu berbuka, senja itu.. ketika acara buka bersama rohis fakultas di kampus usai tiba-tiba seseorang menghampiriku. “Ma, ada titipan surat untukmu..”. “Dari?” tanyaku. Ia pun menyerahkan surat itu padaku sambil berbisik, “Dari anakmu..”. Aku hanya mengernyitkan dahi dan menerima sepucuk surat itu. Di depan surat itu tertulis “Untuk: Mbak Asma.” Aku terdiam, berpikir, surat dari siapa ini..

Sesampainya di kos kubuka surat tersebut. Tertulis Untuk: Murabbiku... tulisan itu mengawali isi surat yang aku terima. Aku menghela napas panjang, bismillah.. ada apa gerangan, hal apa yang akan disampaikan oleh salah satu adik binaanku ini kepadaku, sampai-sampai ia harus menulis sebuah surat untukku?

Dan aku membacanya perlahan, memaknai setiap kata yang ia torehkan pada secarik kertas putih itu. Rasa haru menyelimutiku, sungguh aku ingin menangis, menitikkan air mata. Isi surat yang membuatku ingin kembali seperti sedia kala. Sejujurnya, aku memang tengah kecewa padanya, kecewa karena ia menghindar dari sebuah proses yang seharusnya ia jalani. Ketika itu, hampir satu bulan yang lalu aku pernah benar-benar bersikap tegas padanya, bukan marah, hanya sekadar ingin membuka jalan pikirannya, membuka hatinya, menjelaskan padanya. Aku tak tahu apakah ia menangis dan marah padaku atau tidak. Yang jelas, setelah aku bersikap tegas padanya dan aku pergi meninggalkannya aku menangis. Hatiku tak pernah sesesak ini, perih. Aku memang tak pernah marah pada seorang adik, apalagi adik binaanku. Apabila aku sedang kesal pada seseorang, aku akan meninggalkannya sejenak, hingga aku kembali tenang dan kembali seperti sedia kala. Namun yang terjadi pada saat itu, aku tak ingin meninggalkannya, aku ingin memberikan penjelasan dan aku memberikan pilihan padanya terlebih dahulu hingga akhirnya hatiku tak sanggup dan aku pergi meninggalkannya, aku menangis, aku merasa gagal membina seorang adik yang sudah kubidik sejak awal bertemu dengannya. Hingga aku mengatakan padanya, aku tak akan memaksamu lagi.. pada saat itu aku menyerah.

Hingga surat ini ia kirimkan, aku merasa komunikasi kita memang belum lancar seperti sedia kala meskipun ia berada satu amanah denganku. Ia tak meminta untuk liqo lagi, ia tak menghubungiku untuk itu. Aku membiarkannya, seperti pernyataanku padanya, aku tak akan memaksamu lagi. Aku hanya ingin diam untuk saat ini, tidak ingin memaksa lagi. Padahal berbagai rencana besar jangka panjang sudah kupersiapkan untuknya, namun ia tak ingin melakukan proses itu.

Sepucuk surat itu berisikan kesan awal ia mengenalku, perjalanannya selama hampir dua tahun ini mengenalku di jalan dakwah ini, dan permohonan maafnya padaku. Kata-katanya sederhana, namun sangat menyentuh relung hatiku.

Beberapa kalimat terakhir yang ia tuliskan pada sepucuk surat itu yang membuatku ingin membuka hatiku lagi padanya... sungguh, aku ingin memaafkanmu..

“...aku minta maaf mbak, jika hati mbak Asma terluka. Aku rindu mbak Asma insya Allah karena Allah, aku masih ingin belajar dari mbak Asma. Belajar menjadi kader dakwah yang tangguh dan istiqomah. Belajar seutuhnya mencintai dakwah, memberikan harta, jiwa dan raga untuk dakwah. Aku ingin melihat senyum mbak Asma lagi. Aku ingin memperbaiki diri.”

Yaa Rabb, apakah aku bisa ikhlas atas semua ini?
Yaa Rabb, apakah aku masih pantas dianggap sebagai sosok “mbak” yang bisa memberikan keteladanan bagi adik-adikku?
Yaa Rabb, apakah aku masih mampu mengemban amanah ini?
Yaa Rabb, aku tak mampu tanpaMu...

Rasanya sungguh ingin kembali seperti sedia kala, teruntai senyum untuk adik-adikku. Memaafkan memang bukan hal yang mudah, tapi aku ingin berusaha untuk itu.  Aku ingin mengobati perih yang tergores di hatiku. Aku ingin mengobati kekecewaan yang bersemayam di kalbu. Aku tak ingin ada yang tersakiti, aku tak ingin ada yang terluka. Afwan, belum bisa menjadi mbak baik yang untukmu...

Yaa Allah, lapangkanlah hatiku untuk bisa kembali seperti sedia kala..
Yaa Allah, bukakan kalbuku untuk mengikhlaskan semuanya...
Yaa Allah, bimbinglah aku dan adikku ini untuk mampu tegar dan bertahan di jalan dakwah ini, hingga tiada lagi lelah apalagi menyerah..

Yaa Allah, lindungilah kami...

Selasa, 08 Juli 2014

diam


Diam..
Kini sedang mencoba untuk diam dan lebih banyak mendengar.
Bukan karena tak ingin berbicara, hanya sedang ingin lebih merasakan menjadi pendengar.
Bukan tidak ingin menjadi aktif, tapi sedang ingin memberi kesempatan pada yang lain.
Bukan karena tak punya pendapat, aku sedang ingin mendengar pendapat yang lain.

Diam.. seribu bahasa
Tak sekadar diam secara verbal, namun juga diam dalam tindakan.
Bukan tak mau tau, tapi ingin mengenal mereka lebih dekat..mengamati
Bukan tak punya keinginan, tapi menahan hingga mereka bertindak
ya, aku terdiam

Diam.. diam
Sedang ingin terdiam..
Ingin melihat sejauh mana kepekaan dan tanggung jawabnya, kamu.. mereka

maaf, 

Powered By Blogger