“Sebenarnya idenya biasa aja sih dek, sama dengan kebanyakan ikhwan atau akhwat lain kalau yang bermasalah. Kita laporkan ke murobbinya aja, gimana?”
“Memang mbak Ica tahu siapa murobbinya akh Yusuf?” tanyaku sambil menyeka air mataku yang mulai bisa kutahan.
“Kalau itu masalah gampang, dek. Banyak jalan menuju Roma, iya nggak anak Bahasa Indonesia..” mbak Ica paling bisa menghiburku. Dan aku hanya mengangguk perlahan, tanda setuju terhadap ide yang dicetuskan mbak Ica. Dan menurutku memang jalan ini sangat tepat. Kalau memang akh Yusuf itu ‘ikhwan beneran’, iya pasti akan sangat memperhatikan nasihat murobbinya.
===
Belum genap satu minggu mbak Ica sudah mendapatkan info tentang murobbi akh Yusuf dan juga sudah melaporkan hal ini kepada murobbinya tersebut. Entah bagaimana caranya, yang jelas mbak Ica sudah menyelesaikan masalah ini ke murobbi akh Yusuf.
“Alhamdulillah dek, tugas mbak untuk pemberitahuan ke murobbi akh Yusuf sudah beres. Tinggal kita menunggu reaksinya aja.” Ucap mbak Ica mengawali pembicaraan kami.
“Cepet banget mbak.. Siap mbakku sayang, setelah ada aksi kita tinggal nunggu reaksinya aja ya. Kayak pelajaran Fisika waktu SMA dulu aja.” Aku tersenyum pada mbak Ica.
“Tugas apa lagi yang siap saya terima nyonya?” Mbak Ica membalas senyumanku dengan senyuman yang lebih manis.