Ramadan
menyapaku dengan lembut
Kala
aku terbuai dalam keriuhan fatamorgana
Ia
memandangku penuh tanya
Tapi
aku memalingkan muka darinya
Ia
tak memincingkan matanya
Rindu
memberikan yang terbaik
Tapi
tak dapat mengalahkan nafsunya
Sebatas
keinginan palsu yang menerkam relung
Rindu
hanya sebatas mau, tanpa peluh
Malulah,
malulah, malulah aku!
Bermanis-manis
lidah di hamparan keniscayaan
Merobek
setiap jengkal kesucian
Menoda
mencampur menikam di bawah kerumitan
Ah,
tak perlu senyummu
Ramadan
masih tersenyum di mukaku
Raut
rona kembalikan asaku
Bermimpi
menjadi terbaik di hadapannya
Sekali
lagi, hanya bualan bualan bualan
Menyingkirkan
kebusukkan relung-relung
Ramadan
mulai mengusap lembut jemariku
Dua
pertiganya telah membersamaiku
Mengetuk
sisi batinku
Memupuk
semangat jiwaku
Menabur
kehangatan lewat kemuliaannya
Ramadan
masih di hadapanku
Memastikan keadaanku
Merona pudar jubahnya
Kemelut jiwaku redam, ego yang
kusanjung-sanjung
Hanya tertunduk berani
Ramadan kembali melangkahkan kakiknya
Ia akan meninggalkanku?
Sedang aku masih memalingkan rautku
Terseok di atas sajadah pengikat
Aku menggenggam erat kerahnya
Menagih janjinya, ia tetap tersenyum
Ramadan menghilang di remuk jantungku
Allah............. pantaskah aku
bersorak?
Berkacak meninggikan nafsu
Mencibir kehinaan yang mengelupas
keangkaraan
RinaiNya membasahi tangisku
Aku tak ingin semuanya terulang, sebatas
keinginan?
Aku
belum
mampu
memaksimalkan
kedatanganmu
Ramadan
Semarang, Ramadan 1433 H
asma' hanifah
asma' hanifah
0 komentar:
Posting Komentar