Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual-beli
Ia tiada di tepian pantai
Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau berentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah
(Iman Mutiara, Raihan)
Mengawali artikel, saya
sedikit memberikan alasan kenapa artikel ini dibuat. Alasannya adalah sudah (terlalu)
banyaknya pertanyaan yang muncul,
“Gimana sih
rasanya jadi anak kader?”
Bagaimana rasanya??
Hmm, banyak sekali
pertanyaan seperti ini yang sering sekali dilontarkan kepada kader yang memang
baru mengenal tarbiyah ini (entah di
kampus atau pun di masa sekolahnya) kepada seorang kader yang notabenenya
memang dilahirkan dari keluarga yang sudah terkondisikan, ya istilahnya anak
kader.
Menurut saya,
rasanya biasa-biasa saja. Seperti layaknya sebuah keluarga, tentu orang tua
menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Begitu juga orang tua yang memang
sudah kader, mendidik anak-anak mereka untuk menjadi seseorang yang mereka
inginkan yang tentunya hal itu adalah sesuatu yang baik.
Orang tua yang sudah
kader mendidik anak-anaknya dengan mengondisikan keadaan rumah dengan suasana
yang mereka harapkan. Anak-anak dididik untuk bisa tilawah setiap hari, qiyamul
lail, bahkan ada semacam target yang mengharuskan mereka untuk menghafalkan
sekian juz dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Tak hanya itu, hampir semua
kegiatan dikontrol dengan baik oleh orang tua. Mulai dari perilaku keseharian,
pelajaran di sekolah atau di kampus, bahkan sampai pergaulan. Orang tua senantiasa
memberikan rambu-rambu kepada anak-anaknya untuk bisa benar-benar dilakukan.
Saya rasa hal
tersebut juga dilakukan oleh semua orang tua untuk mendidik dan menjaga
anak-anaknya. Namun yang sedikit membedakan adalah suasana rumah yang telah “terkondisikan”
dengan baik. Batas-batas yang diberlakukan pun memang berbeda. Selain itu,
orang tua tak hanya meminta anak-anaknya melakukan hal ini ataupun hal itu,
tapi juga memberikan contoh kepada anak-anaknya.
Dan banyak
sekali yang beranggapan, pasti kalau anak kader luar biasa ya. Pemahamannya
luar biasa, hafalannya jos, dan asumsi-asumsi lain yang serupa.
Orang-orang (non
anak kader) sering mengatakan hal ini, karena mereka pikir keadaan orang tua
yang baik akan menurun ke anak-anaknya.
Hal itu memang tak
sepenuhnya salah, tapi juga tak sepenuhnya benar. Ada peristiwa yang mengatakan
buah jatuh tak jauh dari pohonnya, mungkin bisa diimplementasikan pada hal ini.
Namun bisa juga tidak, ingat iman tidak
dapat diwarisi. Semua bergantung pada diri kita masing-masing. Toh, kita
sama-sama sudah dewasa, dan tentu bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.
Sekarang ingin
memunculkan pertanyaan yang selama ini berputar-putar di benak saya, lebih
tepatnya mungkin pernyataan. “Subhanallah,
luar biasa ya mereka yang bukan terlahir dari keluarga kader, tapi bisa menjadi
kader militan seperti saat ini.”
Nah, inilah sesuatu
yang selama ini terbayang-bayang di benak saya. Merasa sangat kagum dengan
mereka yang sungguh luar biasa. Mereka dididik oleh lingkungan sekitar, bukan
sejak kecil layaknya anak kader, tapi bisa menjadi sosok yang meneduhkan,
bahkan terlalu sering membuat hati ini terenyuh mendengar, menyaksikan
kemilitansian mereka.
Mereka yang
merasakan dahulu berada di “masa jahiliyah” saat ini sudah mentransformasikan
dirinya menjadi kader yang sangat militan. Aktivitas luar biasa, amanah tak
terhitung dan hafalannya joss. Bikin iri pokoknya.
Mungkin yang sering
mereka keluhkan, bagaimana bisa
mengondisikan keluarga untuk menerima bahkan mengikuti yang mereka lakukakan.
Tentu dengan memberikan keteladanan, kita bisa mengarahkan keluarga kita. Tak perlu
banyak beretorika apabila tak ada action.
Anak kader maupun
kader –non anak kader- itu sama saja menurut saya. Yang mempengaruhi penilaian
kita di hadapan Allah bukan dari keturunan siapakah kita, tapi dari kedaan diri
kita masing-masing. Apakah sudah melakukan amalan sesuai dengan yang Allah mau
atau belum.
Yuk, sama-sama
memperbaiki diri kita. Berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khoirot.
Afwan jika ada yang
kurang berkenan ^_^
0 komentar:
Posting Komentar