Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang biasa disingkat
menjadi KAMMI merupakan gerakan ekstra kampus. Gerakan mahasiswa yang menurutku
memiliki ideologi yang kuat dan tidak terikat oleh pihak manapun. Aku memandang
KAMMI merupakan gerakan mahasiswa berbasis Islam yang cukup besar dengan segala
pemikiran-pemikirannya, meskipun aku belum mengetahui KAMMI secara mendalam.
Secara tidak langsung aku mengamati hal ini melalui beberapa orang di dekatku
yang memang mereka berkecimpung dalam sepak terjang KAMMI. Dan dari situ aku
membuat sebuah simpulan, KAMMI dan mereka LUAR BIASA!
Aku memang tidak terlalu paham dunia perpolitikan di kampus,
tapi setidaknya sedikit banyak aku cukup bisa menilai dunia perpolitikan kampus
yang tentunya itu dari sudut pandangku sendiri. Salah satunya adalah KAMMI,
dari sinilah awalnya aku mulai mengamati. Pengurus KAMMI begitu luar biasa,
mereka rela berkorban apa saja demi KAMMI. Bahkan di tengah pergolakan politik
kampus yang seakan-akan menyudutkan KAMMI, tiada satu pun pengurus KAMMI yang
gentar. Kesolidan, kerja keras, cerdas, semangat, keramahan, keikhlasan,
berideologi kuat, berkarakter, profesional dan masih banyak rentetan
sifat-sifat positif yang dimiliki oleh KAMMI membuatku semakin kagum dengan
KAMMI
Kini aku telah mengenal KAMMI selama lebih kurang satu tahun
(terhitung sejak awal aku mengikuti DM 1), dan hampir satu tahun itu pula aku
terlibat dalam beberapa kepanitiaan di KAMMI meskipun aku tidak tercatat dalam
kepengurusannya. Mereka tetap ramah, tak membedakan mana pengurus dan mana yang
bukan pengurus. Meskipun dalam beberapa kali kesempatan aku sendiri yang
menganggap diriku bukan orang KAMMI dan aku sendiri yang memberi batas antara
pengurus dan bukan pengurus. Tapi justru yang aku rasakan, mereka menganggap
kita semua adalah keluarga.
Aku adalah tipe orang yang mudah sekali merasa tidak enak,
sehingga apabila diberi amanah aku selalu berusaha untuk bisa menjalankannya
meski kurang maksimal. Hingga pada saat DM 1, aku dipercaya untuk menjadi
panitia dan diletakkan di sie acara. Sie yang menurutku memiliki peran penting
dalam sebuah kepanitiaan (pada dasarnya semua sie sama pentingnya). Berusaha
hadir syuro dan kalaupun tidak bisa hadir, meminta info mengenai DM yang akan
dilaksanakan. Hingga dua orang sahabatku sering melemparkan sebuah candaan, “ciee… sekarang udah mulai mencintai KAMMI
nih..” tapi aku selalu menyangkalnya, dengan alasan aku masih takut
mencintai KAMMI.
Dari kalimat itulah mulai muncul pertanyaan, apa benar aku
sudah mencintai KAMMI? Satu hal yang membuatku sangat takut untuk mencintai
KAMMI adalah ketika aku tak mampu berkontribusi maksimal untuk KAMMI, ketakutan
akan ketidakmampuanku untuk memiliki karakter-karakter kuat seperti yang dimiliki
oleh pengurus KAMMI. Ya, itulah ketakutan terbesarku.
Hingga akhirnya kecintaanku pada KAMMI benar-benar diuji,
malam hari setelah isya, sosok mbak yang luar biasa mengirimkan sebuah SMS
padaku,
“Dek Asma’ lagi dimana?
Ada sesuatu yang mau mbak sampaikan.”
Kubalas SMS itu seperti biasa, tanpa ada kecurigaan atau apa
pun, “Lagi di rumah mbak, lewat SMS aja,
atau minggu depan aku insya Allah ke kampus.”
“Nggak bisa lewat SMS
dek, ini penting. Telpon aja ya?”
“Iya mbak, nanti aku
telpon..” dari situ aku mulai penasaran, apa yang akan disampaikan oleh
mbak Hikma, sekdept Kaderisasi KAMMI Unnes ini.
Ketika aku meneleponnya, tanpa kuduga sama sekali aku diminta
untuk menjadi pengurus KAMMI dan langsung diminta untuk menjadi sekretaris sebuah
departemen di KAMMI Unnes (siyasih). Aku mengelak dengan banyak alasan, sekali
lagi aku merasa belum mampu mengemban amanah ini. Sambil menahan tangis aku
meminta pada mbak Hikma untuk aku di posisi staf saja, terlebih aku masih
semester 4 sehingga aku merasa belum memiliki kapasitas untuk di posisi itu. Alasan
lain yang kusampaikan pada mbak Hikma pada waktu itu karena aku juga telah
diminta juga untuk menjadi pengurus harian di kelompok ilmiah fakultasku, Ling
Art (‘ilmy). Aku menyatakan ketakutanku apabila tidak dapat mengatur waktu
dengan baik. Aku menghela nafas panjang,
mendengarkan banyak hal yang mbak Hikma sampaikan. Dari situ aku mulai mengerti
bahwa mereka yang hebat itu ditempa dalam rumah KAMMI. Hingga akhirnya mbak Hikma
mengakhiri perbincangannya di telepon denganku, tapi jawaban ‘ya’ yang
kuberikan masih menggantung. “Oke, mbak
tunggu kepastian jawaban dari dek Asma’ maksimal besok pagi bisa?”
“Insya Allah, mbak..”
mataku masih berkaca-kaca. Aku perlu mengomunikasikan hal ini dengan murobbiku,
karena beliau juga akan memberikan pertimbangannya untukku terkait amanah ini.
Akhirnya kuputuskan untuk menanyakan hal ini ke mbak murobbi. Tanpa kuduga,
murobbiku memberikan jawaban yang luar biasa, “Insya Allah akan ada satu amanah serupa lagi nduk, dan Asma’ sudah
paham mengenai amanah yang ini (da’awi). Insya Allah bisa, nduk.. Kalau mbak
jadi Asma’ , mbak akan serakah ilmu dengan amanah mbak di tiga lini tersebut.”
Air mataku semakin meleleh mengetahui jawaban dari murobbiku.
Ya Allah.. Mampukah aku? Bismillah.. kukirim SMS pada mbak
Hikma, “Bismillahirrahmanirrahim.. selama
memberikan kebermanfaatan untuk yang lain, insya Allah aku bersedia menerima
amanah tersebut mbak.. :’)” mbak Hikma pun menjawab dengan penuh haru.
Ya, Allah mempercayaiku untuk membantu gerak KAMMI.
Berkontribusi pada gerakan mahasiswa yang membuatku kagum. Kini pertanyaan yang
muncul dalam benakku, Beranikah aku untuk mulai mencintai KAMMI?
Taujih itu membuka pikiranku. Pada saat sosialisasi pengurus
harian plus, seperti syuro-syuro pada
umumnya diawali dengan taujih, kali ini taujih disampaikan oleh pak Luqman.
Mulanya aku kurang tertarik mendengarkan isi taujihnya. Kurang tertarik karena
pada saat itu (jujur) aku masih ragu untuk membersamai barisan KAMMI 1434 H
ini. Tapi tanpa sengaja aku merekam poin-poin yang disampaikan olehnya. Kalau
tidak salah ingat tentang 3 hal yang harus dilakukan oleh kader KAMMI, ketiga
poin tersebut yaitu;
1. Pemikiran pengurus harus berubah
(berkembang), dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang sudah tahu menjadi
lebih paham. Dan senantiasa mengupgrade
kafaah dirinya mengenai apapun.
2. KAMMI bukan malaikat, sedangkan kredo
KAMMI terlalu sempurna. Kita boleh melakukan kesalahan. Tapi yang perlu
diingat, kita tidak melulu melakukan kesalahan, karena yang lebih baik adalah
meminimalisasi kesalahan sekecil apapun.
3. Segala kebaikan yang telah tertanam
dari KAMMI, baik itu fikriyah maupun ruhiyah harus benar-benar tercermin dalam
kehidupan sehari-hari, dimanapun dan kapanpun. Jadi bukan hanya saat di KAMMI
saja ruhiyahnya bagus, namun ketika di rumah (kampung halaman) semuanya seperti
buih dan tak ada bekasnya sama sekali.
Dari ketiga poin tersebut, sampai saat ini yang benar-benar
kupikirkan adalah poin pertama. Karena aku masih merasa belum mampu, maka aku
harus mengupgrade kafaahku untuk
membersamai KAMMI khususnya.
Kata mbak Hikma, “Karena siyasih juga bagian dari dakwah..”
Hmm.. dan setelah beberapa hari berlalu pun aku masih merasa belum yakin,
kusampaikan hal ini ke beberapa orang. Karena kupikir ketika aku menyampaikan
hal ini bisa membuatku menjadi lebih legowo.
Dan satu nasihat yang masih aku ingat adalah Semua orang yang merasa tidak mampu akan cenderung untuk tidak mau,
lantas kalau tidak ada yang mau siapa yang akan menyokong dakwah ini? Namun
ingatlah satu hal, dakwah kalau tidak bersamamu ia akan bersama yang lain, tapi
kalau kau tidak bersama dakwah kau akan bersama siapa? Hmm.. nasihat yang
sangat #jleb yang menyadarkanku tentang semua ini.
Dan pada detik ini aku ingin menyatakan, Aku akan berusaha Mencintai
KAMMI dan dakwah ini, insya Allah..
Asma keren...deh.. semangat ya dek asmaaa :D,, pastilah semua itu sudah digariskan oleh Allah, pasti akan ada hal yang tak terduga... nantinya... :)
BalasHapusckck ^_^ keren deh..,
BalasHapusakh Dikha: aaamiin, insya Allah :)
BalasHapusbegitu pula dg antm, semangat utk obsesi^^
mb ayufi: mbak yufiiiiiiiiiiiiiiiiiii................... :')
suihsan: kamu lebih keren, semangat dg amanah2 baru di smt ini ^_^
subhanallah..
BalasHapushehe, akhirnya mampir juga ke blogku ya
BalasHapus^_^