Tak semua orang
bisa menjadi seorang mahasiswa. Mahasiswa -yang katanya- kaum intelektual saat
ini banyak yang tidak benar-benar seorang mahasiswa. Dari mulai tingkah
lakunya, cara berbicaranya, bahkan cara berpikirnya jauh dari kata mahasiswa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata mahasiswa adalah orang
yg belajar (pelajar) di perguruan tinggi. Jadi seharusnya mahasiswa itu
benar-benar bisa bersikap dewasa dibanding siswa sekolah. Sehingga terkadang
aku berpikir, sudahkah aku menjadi mahasiswa yang seutuhnya?
Menjadi mahasiswa
merupakan salah satu kebanggan yang bisa kuhadiahkan untuk kedua orang tuaku,
karena ku tahu tak semua orang bisa menjadi mahasiswa. Menjadi mahasiswa yang
seutuhnya, bagaimana ini? Aku hanya ingin sedikit berbagi cerita tentang
bagaimana usahaku untuk menjadi mahasiswa seutuhnya.
Pada tahun pertama
aku kuliah, aku ngelaju -bolak-balik kampus- untuk menimba ilmu di kampus.
Jarak dari rumah ke kampus cukup jauh, sekitar 45 menit kalau naik motor dengan
kecepatan 60 km/jam, tapi kalau naik angkot bisa hampir 2 jam karena angkot
yang ngetem dan jalannya lama banget. Aku senang menjadi mahasiswa, apalagi di
tahun perdanaku ini. Aku bebas berekspresi, aku bebas menjadi apa yang kumau,
pikirku. Di tahun pertamaku ini aku sangat semangat untuk kuliah bahkan tak
hanya kuliah yang kulakukan tapi aku juga mengikuti empat organisasi di kampus,
maklum namanya juga mahasiswa baru yang ingin mencicipi organisasi di kampus.
Apalagi dunia kampus jauh berbeda dengan dunia sekolah, individualitas yang
sangat tinggi. Tapi Alhamdulillah aku
menemukan lingkungan yang cukup nyaman, sehingga hanya ada rasa ukhuwah yang membumbui setiap interaksi.
Aku tak ingin
menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, tak ada sesuatu
yang membangkitkan semangat di kampus kalau seperti itu, aku tak ingin
menyia-nyiakan kesempatan menjadi mahasiswa apalagi di tahun pertamaku ini.
Untuk tahun
pertamaku menjadi mahasiswa bisa dikatakan aku memiliki aktivitas yang cukup
padat, dan dari sinilah aku belajar mengatur waktuku dengan baik. Aku berangkat
ke kampus dari rumah pukul 05.00 dan sampai kampus pukul 06.00 karena biasanya
ada syuro atau rapat di pagi hari.
Kemudian kuliah pukul 07.00 sampai pukul 15.00, meski tidak full tapi kurang lebih seperti itulah
jadwal kuliahku di tahun pertamaku. Seusai kuliah aku langsung melaju
kendaraanku untuk mengajar TPQ di kompleks Bea Cukai Semarang. Mengajar TPQ
dari pukul 16.00 sampai maghrib menjelang. Setelah pulang ke rumah aku bersih
diri, salat dan berisitirahat sejenak. Karena pukul 18.30 aku harus ngelesi
sampai pukul 20.00. Setelah pulang ngelesi aku baru makan malam dan mengerjakan
tugas kampus. Itulah rutinitas yang kulakukan hampir setiap hari. Kalau
dipikir-pikir, kok bisa ya aku melakukan hal itu. Memulai aktivitas pukul 05.00
dan baru beristirahat pukul 20.00. Aku terkadang khawatir dengan hasil dengan
hasil UASku, karena jujur aku jarang belajar kalau memang tak ada tugas.
Apalagi dengan rutinitas yang menurutku sangat padat itu terkadang aku langsung
tidur setelah pulang ngelesi karena badan yang terasa sangat lelah. Tapi Allah
memang sayang padaku, aku teringat dengan janjiNya yang berada di QS. Muhammad:
7. Saat yudisium pertamaku, aku diberikan kesempatan untuk mendapatkan indeks
prestasi pertama dengan predikat cumlaude.
Alhamdulillah..Tapi di semester kedua
indeks prestasiku turun drastis, tidak lagi cumlaude
meski masih di tingkat aman (lebih dari 3,0) karena mungkin aku terlalu
bersemangat berorganisasi sehingga jarang sekali belajar apalagi menjelang UAS.
Di tahun kedua aku
memutuskan untuk ngekos, karena jarak rumah-kampus cukup jauh dan bisa dibilang
cukup melelahkan. Di kos inilah aku -kata orang- menjadi seorang aktivis,
aktivis organisasi tentunya. Karena amanahku di organisasi bertambah, bukan
bertambah secara kuantitas tapi bertambah bebannya. Aku mengikuti empat
organisasi (2 organisasi da’awi, 1 organisasi siyasi, 1 organisasi ilmi),
beberapa organisasi yang kuikuti di tahun keduaku ini berbeda. Tapi posisinya
bisa dibilang strategis secara struktur keorganisasian. Dari empat organisasi
ini, aku berada di posisi PH+. Jujur, cukup berat apalagi di pertengahan
periode kepengurusan karena banyaknya pengurus yang mulai bergelimpangan. Meski
rutinitas tak sepadat ketika di tahun pertama, aku merasakan tahun kedua ini
cukup berat. Karena tugas kuliah yang semakin menggunung dan kerja-kerja amanah
yang tak ada henti-hentinya. Di tahun kedua ini aku mengajar sebuah TPQ kecil
di dekat kampus, setelah ditawari oleh seorang mbak dan aku mengiyakan.
Aktivitasku dimulai pukul 06.00 dan berakhir pada waktu maghrib, terkadang ada
rapat yang mengharuskanku pulang hingga larut malam atau bahkan pagi, pulang
rapat pukul 23.00 atau bahkan pukul 03.00 itu membuatku mulai terbiasa. Pada
tahun ini aku cukup bisa mengatur waktuku, meski tak sesempurna yang
kuinginkan. Dan aku cukup menikmati ritme di semester tiga dan empat ini.
Hasilnya pun kutuai dengan indeks prestasi yang meningkat. Sekali lagi, aku
percaya dengan janji Allah yang termaktub dalam QS. Muhammad: 7.
Di tahun ketigaku
inilah semuanya kembali bergejolak. Masih dengan suasana ngekos, meski dengan
kos yang berbeda. Berbeda dengan kos sebelumnya yang memang aku termasuk anak
kos yang masih “diasuh” oleh mbak-mbak kos yang lebih tua, tapi di kos yang
baru ini aku merupakan mahasiswa dengan semester paling tua, padahal baru
semester 5. Penghuni kos ini ada 8 orang, separuh dari jumlah kosku pertama
yang berjumlah 16 orang. Di kos yang baru ini ada aku dan sahabatku, Arum yang
kita seangkatan. Kemudian satu orang adik semester 3 dan sisanya semester 1.
Bayangkan saja, di kos ini aku dan Arum harus “mengasuh” adik-adik kos yang
lain. Karena memang aku tinggal di kos binaan, sehingga sistem pembinaan harus
berjalan dengan baik. Arum sebagai PJ pembinaan dan aku sebagai ketua kos.
Amanah tambahan di semester ini yang menurutku cukup rumit, tapi kusikapi
dengan menyenangkan. Karena amanah itu akan terasa indah kalau dijalankan,
bukan sekadar diratapi. Di semester ini tugas kuliah semakin menggunung,
apalagi aku mengambil mata kuliah drama yang di mata kuliah ini sangat menguras
tenaga, pikiran bahkan materi. Beberapa amanah mulai tak fokus, meski aku
berusaha untuk fokus. Tugas-tugas kuliah pun mulai keteteran, bahkan untuk
mengerjakan tugas pun kalau nggak the
power of kepepet nggak bakalan jadi itu tugas. Mata kuliah drama ini sangat
menguras tenaga, bagaimana tidak, hampir setiap hari latihan drama dari pukul
19.30 sampai pukul 23.00 tak jarang kami harus pulang pukul 03.00 pagi. Dan
pagi sampai maghrib harus beraktivitas untuk kuliah dan organisasi.
Bahkan di
akhir-akhir semester empat ini aku mengalami kekacauan yang luar biasa. Karena (mungkin)
terlalu lelah dengan drama itu. Semua tugas tertumpuk dan semuanya hanya
digarap dalam waktu semalam suntuk ketika deadline
adalah esok harinya. Hingga menjelang yudisium aku benar-benar khawatir dengan
indeks prestasiku. Karena aku merasa sangat tidak maksimal dalam menjalani
semester ini. Manajemen waktu yang nyaris kacau, entahlah. Hingga pada saat
yudisium pun aku sangat takut, takut ketika indek prestasiku merosot tajam.
Ketika aku membuka hasil yudisiumku.. deg! Nilaiku justru meningkat tajam, alhamdulillah nilai cumlaude berhasil kukantongi kembali. Aku kembali teringat
janjiNya, QS. Muhammad: 7. Aku merasakan benar-benar janji Allah ini.. Ya
Allah, semoga indeks prestasiku kembali meningkat dan barokah. Aaamiin...
Jadi, yuk kita bersama-sama berusaha menjadi mahasiswa seutuhnya. Mahasiswa dengan indeks prestasi baik, organisasi lancar dan berada di jalan dakwah. Insya Allah..
Jadi, yuk kita bersama-sama berusaha menjadi mahasiswa seutuhnya. Mahasiswa dengan indeks prestasi baik, organisasi lancar dan berada di jalan dakwah. Insya Allah..
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
QS. Muhammad: 7
wah, cepet banget bacanya. perasaan baru aja diposting ini tulisan, udah langsung ada yg ngomentarin. lagian ngga tak promosiin lho nih tulisan..
BalasHapusapa, saya dibilang kecil?! emang sih, hehe -_-"
julukan itu udah kudapet sejak SD, ternyata di kuliah masih ada yg make juga ya. Innalillah, semoga bisa diistiqomahkan :)
oh iya ya, hehe..
BalasHapusaaamiin...