Rabu, 20 November 2013
Hijabku Muliakanku
Sedikit bercerita
tentang pengalaman berhijab ya.. menurut cerita orang tua, aku sudah dikenalkan
dengan kerudung sejak usia 2 hari, tepatnya setelah aku boleh keluar dari rumah
persalinan setelah 9 bulan 10 hari berada di rahim umiku tercinta. Ya, meski di
usia 2 hari itu aku belum mengetahui sama sekali tentang aurat, tapi kata umiku
untuk menanamkan akhlaqul karimah itu bisa dilaksanakan sejak dini. Dan sejak
saat itu aku sudah dibiasakan untuk selalu mengenakan jilbab ketika keluar
rumah ataupun bertemu dengan yang bukan muhrim.
Tapi sejujurnya,
aku baru bisa berhijab secara sempurna (mengenakan rok, jilbab syar’i dan
menggunakan kaos kaki) dan istiqomah (insya Allah) sejak SMA. Karena sejak saat
itulah aku baru benar-benar MEMAHAMI dan MENYADARI tentang hijabku ini sebagai
identitasku karena aku seorang muslimah.
Hijab yang baik
dan benar bagi seorang muslimah itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi;
kerudung menutup dada, longgar dan tidak ketat, tebal, tidak menyerupai kaum
lain, tidak bermegah-megahan dan yang terpenting adalah karena Allah.
Nah, ada punya
beberapa tips berdasarkan cerita yang kualami sendiri tentang berhijab yang
baik, benar dan yang terpenting tidak mengundang pertanyaan dari orang lain
terutama dari lawan jenis kita (ikhwan).
Yang pertama,
apabila mengenakan pakaian sesuaikan dengan ukuran tubuh kita. Tidak kekecilan
dan juga tidak terlalu besar sehingga nampak tidak proporsional. Karena suatu
saat pernah aku mengenakan jaket yang ukurannya terlihat besar di mata orang
lain (sebenarnya nggak terlalu besar juga sih kalau menurutku, karena aku sudah
terbiasa dan nyaman dengan jaket itu). Tiba-tiba ketika aku sedang mengenakan
jaket itu ada ikhwan yang menanyakan secara langsung, “Ukh, itu jaketnya ukuran apa? Kalau jaketnya diganti yang satu ukuran
lebih kecil kayaknya lebih pas deh.” Karena agak kesal dengan pernyataan
tersebut maka kujawab, “Mending kebesaran
daripada kekecilan.”
Langganan:
Postingan (Atom)